Nasi dari Surga
Jam
sudah menunjukkan 9.35, tak terasa diskusi kami membahas berbagai hal pelan
pelan menunjukkan titik terang dalam bekerjasama, namun, satu jam yang lalu
selepas sholat maghrib, buru buru kami pergi ke pertemuan ini agar segera mendapatkan
momentum untuk mendapatkan bahan baku sebagai bahan pasokan dalam jumlah besar.
Namun, sang empunya lahan bingung mau ketemuan dimana, karena jarak antara kami
dan mereka cukup jauh, di putuskanlah suatu tempat disalah seorang maestro
bidang seni, kira kira pertengahan jarak antara kami dan mereka.
Ini
kali ketiga pertemuan kami dengannya, namun dengan sang maestro kami baru kenal
saat itu, rumah yang kami jadikan pertemuan juga sebagai galery, diskusi pun
berlangsung dan sang rumah atau sang maestro tadi banyak bercerita tentang
perjalanan spiritual yang dia jalani selama
beliau membuat karya seni.
Sekilas tidak ada yang nampak berbeda dengan perupa atau pelukis lainnya.
Satu
jam telah berlalu, tiba tiba sang empunya lahan beranjak dan berbisik ke
asisten sang maestro untuk membelikan sesuatu buat kami, kamipun masih terus
diskusi berbagai hal, dan akhirnya bungkusan itu sampai ke kita.
Dan
sang maestropun berkata, “ Inilah nasi dari surga, karena Allah yang kirimkan
dan Allah tahu bahwa saya belum makan malam, sungguh nikmat.. .. “
Kami
terbengong, ini hari sudah hampir larut, jam segini beliau belum makan, dan
Allah mengirimkan kita berkumpul untuk bersama sama makan malam bersama beliau.
Wajah tidak nampak sedih atau susah walau tidak punya uang sekalipun, tidak
juga merengek meminta, hanya sebuah keyakinan bahwa ‘ Allah tidak akan menguji seseorang
melebihi kesanggupannya ‘.
Sebuah
pelajaran yang berharga telah terputarkan, ternyata masih ada sebuah keadaaan yang ada
dibawah kita namun, keimanan yang kuat lebih baik untuk menjadikan sandaran
untuk semua persoalan dunia, yakinlah ‘ Allah swt tidak tidur, dan tahu apa
yang diperbuat oleh umatnya ‘
Yogyakarta,
23 November 2015