Kamis, 16 Agustus 2012

Persiapan mudik Lebaran

Ada banyak hal yang perlu dicermati bersama saat mudik  :

1. Persiapan bekal, utamanya buat si kecil, lebih utamanya lagi obat obatan dan dan pertolongan pertama andai ada gejala masuk angin atau pusing pusing.

2. Persiapan kendaraan yang akan digunakan, pastikan kendaraan dalam keadaan baik, cek sekali lagi fungsi fungsi seperti rem, air pendingin, air wiper berfungsi, pada motor jugha melakukan pengecekan pada kendaraan anda, atau sempatkan servis terlebih dahulu.

3. Bawalah baju secukupnya, untuk acara kumpul keluarga, dan pakaian santai jangan terlalu banyak bawa baju nanti malah memberatkan diri sendiri.

4. Rencanakan tujuan anda dengan baik agar lebih nyaman dan tidak terburu buru, juga untuk setting keuangan, dan utamanya menjagakondisi tubuh agar tetap prima.

5. Bila cape selama perjalanan jangan ditahan, segera istirahat dan pulihkan stamina anda, jangan memaksa melanjutkan perjalanan bila memang cukup cape, membahayakan anda dan keluarga anda.

6. Bila berkendaraan umum pastikan tiket dan ktp anda sudah ada di saku anda. Akan lebih baik jika mendapatkan tiket untuk berangkat dan pulang.

7. Jangan boroskan uang anda, silaturahmi perlu namun pos pos pengeluaran tetap terjaga.

8. Selamat mudik, selamat berkumpul, dan saya mengucapkan MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN, minal aidzin wal fa idzin.


Rabu, 15 Agustus 2012

Biasakan beritikad baik ( copas Andrie wongso)

.. .. Tidak ada yang salah bila kita berbuat baik


Mari, selalu utamakan sikap dan sifat positif yang penuh kebaikan. Kita tanamkan agar diri selalu punya iktikad baik di setiap kesempatan. Dengan begitu, setiap waktu, setiap saat, bisa benar-benar kita isi dengan hal penuh manfaat yang membawa keberkahan. 


Dalam keseharian, kita selalu berhadapan dengan berbagai karakter dan sifat yang berbeda-beda dari setiap orang. Ada yang baik, ada yang mengesankan, ada yang sering berpura-pura, ada pula yang selalu meninggalkan citra positif. Semua itu muncul dari penilaian kita setelah berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga kita-dan juga orang lain-bisa saling menilai satu sama lain. Karena itu, jika kita ingin dinilai baik, maka sudah sepantasnya pula bagi kita untuk selalu menunjukkan iktikad baik. Sebab, dengan memelihara iktikad baik dalam kehidupan keseharian: bertutur kata sopan, mengatakan hal-hal berdasarkan kebenaran, menjunjung tinggi kejujuran, segera meminta maaf saat berbuat kesalahan, dan berbagai sikap positif lainnya, maka kita pun akan menuai kebaikan dari apa yang terpancar pada sikap keseharian.

So, cobalah menjadi pribadi yang bisa menjadi keinginan berbuat baik, dan insya allah akan dibalas oleh YME.

Jumat, 10 Agustus 2012

Mari bersedekah minimal Rp 20.000 untuk program ini


Rabu, 08 Februari 2012

Manufacturingnya Pak Dahlan Iskan

Manufacturing Hope

Salah satu catatan pak dahan iskan yang cukup mengena denganku, saat beliau memegang kendali  BUMN, meski sudah tidak di BUMN lagi aku menemukan daya dorong luar biasa dari catatan ini karena dapat diaplikasikan disemua kondisi, terima kasih pak dahlan.


Langkah Pertama: Manufacturing Hope!


Manufacturing Hope 1
Senin, 21 November 2011

Industri apakah yang harus pertama-tama dibangun di BUMN? Setelah sebulan menduduki jabatan menteri negara badan usaha milik negara (BUMN) dan setelah mengunjungi lebih dari 30 unit usaha milik publik ini, saya bertekad untuk lebih dulu membangun industri yang satu ini: manufacturing hope! Industrialisasi harapan.

Itu bisa saya lakukan setelah saya berketetapan hati untuk lebih memerankan diri sebagai seorang chairman/CEO daripada seorang menteri. Kepada jajaran Kementerian BUMN, saya sering” bergurau “lebih baik saya seperti chairman saja dan biarlah wakil menteri BUMN yang akan memerankan diri sebagai menteri yang sebenarnya”.

Sebagai chairman/CEO Kementerian BUMN, saya akan lebih fleksible, tidak terlalu kaku, dan tidak terlalu dibatasi oleh tembok-tembok birokrasi. Dengan memerankan diri sebagai chairman/CEO, saya akan mempunyai daya paksa kepada jajaran korporasi di lingkungan BUMN.

Meski begitu, saya akan tetap ingat batas-batas: seorang chairman/CEO bukanlah seorang president director/CEO. Ia bisa mempunyai daya paksa, tapi tidak akan ikut melaksanakan. Tetaplah penanggung jawab pelaksanaannya adalah president director/CEO di masing-masing korporasi BUMN.

Dengan peran sebagai chairman/CEO, saya tidak akan sungkan dan tidak akan segan-segan ikut mencarikan terobosan korporasi. Ini sesuai saja dengan arahan Presiden SBY bahwa menteri yang sekarang harus bisa berlari kencang. Dengan memerankan diri sebagai chairman/CEO, saya akan bisa memenuhi harapan tersebut.

Tengoklah, misalnya, bagaimana kita harus menghadapi persoalan hotel-hotel BUMN kita yang berada di Bali. Semuanya sudah berpredikat yang paling buruk. Inna Kuta Hotel sudah menjadi yang terjelek di kawasan Pantai Kuta. Inna Sanur (Bali Beach) sudah menjadi yang terjelek di kawasan Pantai Sanur. Inna Nusa Dua (Putri Bali) sudah pasti menjadi yang terjelek di kawasan Nusa Dua yang gemerlapan itu. Bukan hanya yang terjelek, tapi juga sudah mau ambruk.

Padahal, pada zaman dulu, hotel-hotel ini tergolong yang terbaik di kelasnya. Kini, di arena bisnis perhotelan di Bali, hotel-hotel BUMN telah menjadi lambang kemunduran, keruwetan, dan kekumuhan.

Memang pernah ada upaya untuk bangkit. Direksi kelompok hotel ini (Grup PT Hotel Indonesia Natour) pernah diperbarui. Bahkan tidak tanggung-tanggung. Jajaran direksinya diambilkan dari para profesional dari luar BUMN.

Dengan semangat profesionalisme, grup ini?ingin mulai merombak dua hotelnya: di Padang dan di Kuta. Tapi, dua-duanya mengalami kesulitan. Yang di Padang over investasi. Yang di Kuta sudah enam bulan mengalami slow-down. Yang di Padang itu bisa disebut over investasi karena?jumlah kamarnya jauh lebih besar daripada pasarnya. Ini akan sangat sulit mengembalikan investasinya. Sedangkan yang di Kuta ada persoalan desain yang cukup serius.

Mengapa yang di Padang bisa terjadi over investasi” Ini tak lain karena kultur BUMN yang belum bisa menghindar dari intervensi. Begitu ada perintah untuk membangun hotel dengan skala yang sangat besar, direksinya tidak mampu meyakinkan bahwa skala itu kebesaran. Terutama dilihat dari kemampuan perusahaan. Permasalahan yang di Kuta lebih rumit lagi karena ketambahan masalah birokrasi.

Dua proyek ini kemudian menjadi isu yang ruwet. Ujung-ujungnya, direktur utama yang didatangkan dari luar BUMN itu tidak tahan lagi dan mengundurkan diri. Dalam suasana ruwet seperti itu, tidak mungkin perusahaan bisa maju. Bahkan, moral manajemen dan karyawannya pun bisa rusak, down, dan lalu putus harapan.

Maka, dalam kesempatan tiga hari menghadiri KTT ASEAN di Bali pekan lalu, saya manfaatkan waktu untuk manufacturing hope. Selama di Bali, saya tidak tidur di hotel bintang lima di kompleks KTT berlangsung, tapi memilih tidur di Inna Hotel Kuta yang katanya terjelek itu. Saya ingin ikut merasakan kesulitan manajemen dan karyawan di hotel tersebut. Saya ingin mendalami persoalan yang menghadang mereka. Pagi-pagi saya turun naik di proyek setengah jadi itu.

Menjelang senja kembali turun naik lagi entah sampai berapa kali. Saya ingin, kalau bisa, menerobos hambatannya. Setidaknya saya ingin mereka tidak merasa sendirian dalam kesulitannya. Bahkan, pada malam kedua, saya tidur di kamar mock-up di tengah-tengah proyek yang lagi slow-down itu. Saya melakukan ini tidak lain untuk manufacturing hope.

Hasilnya, insya Allah, cukup baik. Pada hari kedua, semua persoalan bisa teruraikan. Proyek hotel yang sangat grand ini bisa dan harus berjalan kembali. Bahkan, tahun depan harus sudah jadi. Diputuskanlah hari itu: sebuah hotel baru dengan nama baru (Grand Inna Kuta) akan lahir dan menjadi sangat iconic. Apalagi, letaknya hanya di seberang Hard Rock Hotel dengan posisi yang jauh lebih baik karena langsung punya akses ke Pantai Kuta.

Pun, selesai upacara pembukaan KTT ASEAN (selesai melihat cantiknya Perdana Menteri Thailand yang baru, Yingluck Sinawatra) saya copot jas, ganti sepatu kets, dan langsung meninjau luar dalam Hotel Inna Putri Bali. Lokasinya tidak jauh dari gedung megah untuk KTT ASEAN di Nusa Dua itu.

Saya perhatikan mulai dapurnya, ruang cucinya, kamarnya, kebunnya, pantainya, hingga cottage-cottage-nya. Ternyata benar. Bukan hanya telah menjadi yang terjelek di Nusa Dua, tapi juga sudah mau ambruk. Di sini saya juga harus manufacturing hope. Tahun depan hotel yang sangat luas ini harus sudah mulai dibangun ulang.

Setelah membuat keputusan soal Nusa Dua, malam ketiga saya memilih tidur di Sanur. Hotel seluas (duile!) 41 hektare ini juga perlu dibangkitkan. Inilah hotel berbintang yang pertama di Bali. Inilah warisan Bung Karno. Kondisinya sudah kalah dengan tetangga-tetangganya. Hotel ini memiliki garis pantai matahari terbit sejauh 1 km! Alangkah hebatnya. Mestinya.

Saya tentu menginginkan tahun depan hotel besar ini juga ikut bangkit. Mengapa? Sebab, tiga-tiganya berada di Bali. Sebuah kawasan wisata yang pertumbuhannya sangat tinggi. Memang Grup Inna Hotel masih punya puluhan hotel lainnya di seluruh Indonesia (dan umumnya juga dalam keadaan termehek-mehek), namun sebaiknya fokus dulu di tiga hotel ini. Dari sinilah kelak hope akan ditularkan ke seluruh Indonesia.

Tiga hotel besar inilah yang lebih dulu akan menjadi titik tolak kebangkitan entah berapa banyak hotel BUMN ke depan. Saya sebut “entah berapa banyak” karena banyak BUMN yang kini juga memiliki hotel. Grup Inna punya banyak hotel. Garuda Indonesia punya banyak hotel.

Pertamina punya banyak hotel. Kontraktor seperti Perusahaan Perumahan punya banyak hotel. Bahkan, Jasa Marga, konon, juga sedang menyiapkan banyak hotel. Karena itu, keberhasilan tiga pioner di Bali tadi akan besar artinya bagi BUMN.

Memang sebulan pertama ini baru hope yang bisa dibangun. Tapi, kalau sebuah hope bisa membuat hidup kita lebih bergairah, mengapa kita tidak manufacturing hope. Bahan bakunya gampang didapat: niat baik, ikhlas, kreativitas, tekad, dan totalitas. Semuanya bisa diperoleh secara gratis!

Dahlan Iskan
Menteri Negara BUMN

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons